Jurnal Anak : Usia 5 Tahun. Ketika Anak Mengenal Game
Sempat tantrum dan menolak untuk masuk sekolah. Maunya dijemput bunda kemudian nonton di sekolahnya bunda tempat bekerja. Begitu terus, sampai ada tiga bulan lebih. Ada hal pertentangan yang membuat andra mau di mengerti. Ya, andra maunya dimengerti.
Perkembangan anak usia 5 tahun, seharusnya bisa ya diajak kerja sama dan menerima kesepakatan. Tapi, ada suatu hal yang menular dariku. Saya kekeh untuk bilang tidak ya tidak. Main gamenya sudahan nak. Ndak bagus buat perkembanganmu. Begitulah pergolakan batin saya kala itu.
Justru, dengan semakin ngototnya saya untuk melarang anak main game, justru semakin menjadi. Dan, emosi itu menular bestie.
Hal itu yang tiba-tiba membuat saya terlupa dengan pernyataan emas tersebut. Gimana, saya bisa melewati masa rempong-rempongnya diriku menghadapi anak yang maunya nge-game terus ?
Perkembangan Bahasa Anak 5 Tahun, Itu Apa Saja ?
Secara teori, anak usia 5 tahun sudah lebih fasih dalam mengucapkan kata. terutama untuk kata er. Dulu, sebelum andra masuk usia 5 tahun, fasiihnya belum nampak. Semakin kesini, dia ternyata bisa mengucap kata er dengan sendirinya.
Mengenal huru dan berhitung, andra juga sudah mampu menguasainya. Semenjak masuk TK A, andra bisa berhitung 1-100. Huruf a,b,c,d dan seterusnya, dia sudah mengenal. YAng menjadi catatan bagi saya, mengaji dia masih ogah-ogahan, dan belajar membaca suku kata sederhana seperti susu, buku, dada, papa dan lainnya. Dia masih iya dan tidak.
Selama di sekolah, andra belajar itu semua. Bahkan, ada yang penjumlahan juga. Bagiku, ini yang agak gimana gitu.....(terutama bagi saya sih), hahaha.
Dokter Aisyah Dahlan. mengungkapkan, otak anak laki-laki itu berbeda dengan otak anak perempuan. Jika otak anak perempuan itu seimbang, antara otak kiri dan kanan, kalau otak anak laki-laki, yang berkembang lebih dulu adalah otak kanannya. Makanya, wajar, jika yang ada dalam otak laki-laki itu bermain, bermain dan bermain.
Hal itu terasa banget bagi saya, awalnya sempat menaruh harapan besar , anak bisa membaca cepat, suka mewarnai dan menggambar. Disitu, saya punya peer besar untuk menggali apa latar belakangnya.
Setelah mendengar penjelasan Dokter Aisyah Dahlan terkait struktur otak manusia, seketika, saya tersadar. Astagfirullah. Semoga saya tidak terlalu berekpektasi, sehingga meluluhkan sikap anak.
Soal mewarnai dan menggambar sejauh ini, andra belum terlalu menikmati. Pernah suatu ketika, dalam event lomba mewarnai anak berjenjang, saya bertemu dengan orang tua yang sudah mahir dalam hal mewarnai. Ketika mengarahkan anak perempuannya menghasilkan gambar yang mumtaz, saya ikut ngobrol disitu.
Dalam percakapan beberapa menit, saya mendapat ilmu baru. Bisa jadi, anak tidak suka dengan proses mewarnai dan menggambar, karena alat gambar dan alat warna yang dipakai cenderung melelahkan. Dalam artian, alat yang digunakan anak membuatnnya tidak nyaman.
Disitu, saya langsung mak deg. Alias mengena banget. Karena saya tidak paham hal begituan, ya saat membelikan pensil warna ke anak, saya belikan yang standar. Adakah yang mengalami hal sama ?
Kemampuan Motorik Anak Usia 5 Tahun
Masih berkaitan dengan kemampuan motorik anak. Andra, sejak kecil memang lebih dominan untuk mtorik kasarnya. Melompat, lari, jumping, gerak terus pokoknya. Ini sesuai banget dengan teoru yang pernah disampaikan ustazah fathiyah. Usia anak dibawah 7 tahun, orang tua akan belajar capek fisik. Karena anak sedang difase banyak gerak, orang tua harus bisa menjadi teman bermainnya. Kurang lebih begitulah yang disampaikan.
Anak laki-maupun perempuan, tugas orang tua itu sama. Menuntunnya, membersamainya dengan ikatan bonding yang baik. Sehingga anak punya kedekatan yang baik juga.
Saya, yang sedang di fase, anak masih kecil, menjadi catatan penting. Bahwa, menjadi orang tua haruslah bersabar, sabar dan sabar.
Jika sudah di fase tujuh tahun kedua, akan berbeda lagi ceritanya. Anak mengenal lingkungannya dan teman-temannya, yang mana, besok dia akan mengucapkan " bunda, aku main dulu ya". Karena tujuh tahun kedua, dia juga banyak mengenal teman-temannya dan lingkungan.
Balik lagi, kepada kemampuan motorik anak. Sejauh ini, si kecil lebih dominan motorik kasarnya, saya tetap bersyukur. Anakku lelaki banget. Dengan tetap berdoa dan berusaha, semoga ketika andra sudah usia 7 tahun, tahap logikanya sudah lebih matang, saya semakin mudah untuk mengarahkan.
Andra, anak yang jika diajak bermain dengan cara mengajaknya tidak kreatif, yang ada, akan ditolak. Jadi, andra ini seperti asesor penguji yang tegas banget, hahahhaha. Padahal, saya ini tidak kreatif banget dalam hal mengajak bermain. Tapi ya itu, dianya justru mengujiku.
Senada dengan kalimat ayat suci al-quran pada surat At-Taghobun ayat 14. Anak dan istri merupakan ujian. Sebagai manusia, Allah akan cemburu, jika hambanya terlalu sayang dengan makhluknya. ujian bisa saja menimpa manusia.
Ustazah Fathiyah menceritakan, saat beliau dikaruniai anak perempuan, dia merasa sangat baghagia. Karena anak-anak sebelumnya berjenis kelamin laki-laki. Ketika usia 6 bukan, sedang di masa menerima MPASI, ustazah fathiyah tersadar. Jika allah sedang menguji imannya karena terlalu sayang dengan buah hatinya. Selang masuk ketubuh anaknya, diopname dan ketika Ustazah Fathiyah menyadarinya langsung. Masha allah, Ustazah fathiyah dan suami bisa melalui ujian tersebut.
Pada perkembangan anak yang mana, bagi orang tua terlalu capek fisik ketika mengurusnya, sadar dan bersabarlah. Laul ucap rasa syukur, dan bilang ke Allah " alhamdulillah ya allah, anak saya bisa bergerak bebas dan bisa bermain", Bagaimana coba jika anak saya tidak bisa bergerak, dan harus dituntun terus ?
Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia 5 tahun
Mengetahui perkembangan sosial andra yang sekarang, alhamdulillah banget. Dia bisa bercerita banyak. Bahkan bisa menceritakan kembali apa yang pernah dia lihat.
Soal perkembangan emosi, dia lebih matang dari pada usia sebelumnya. Makin kooperatif.
Nah, ketika saya melarangnya main game ketika ayahnya pulang, justru kayak main perang dan ada musuh dalam selimut. Ya, kaena saya masih menyimpan emosi negatif, menular ke anak maka kondisi semakin memburuk.
Ketika diantar ke sekolah, andra selalu meminta, bundanya yang menjemput. Bukan bu guru. Disitu, saya menahan emosi. Maunya saya, anak nurut, setelah dari TK A langsung di jemput bu guru dan istirahat di Tempat Penitian Anak.
Realnya, andra menolak. Dia ingin nonton terus. Diberi tahu ini dan itu tidak didengar. Pokok, maunya dia itu dipenuhi keinginannya.
Dari situ, saya mulai evaluasi. Dan agak telat nyadarnya. Andra itu maunya dipahami perasaannya. Bukan di nasehati ddan dilarang apa mau kata orang dewasa.
Setelah saya paham teorinya, saya praktikkan. Berusaha memahami perasaan andra. Biasanya mengulang apa yang dia ucapkan saking tidak adanya jawaban dalam benak pikiran saya. Maklum, masih belum bisa berdamai dan menerima keadaan, Jadi tarik ulurnya agak panjang.
Setelah mencoba memahami perasannya, lambat laun, anak itu nurut banget sama orang tuanya. Role playingnya harus tepat. dan masha allah, kini saya terbebas dari ancaman andra. Yang kalau tidak dituruti, andra akan mogok sekolah
Penutup
Cerita ini murni dari saya pribadi. Tidak ada niatan untuk menyinggung. Bahkan, boleh banget sering di kolom komentar. Agar kita, sebagai orang tua bisa saling mengingatkan dan berbenah diri.
Memasuki gerbang usia anak 5 tahun, menjadi hal luar biasa bagi saya, untuk terus bersikap bijak dan makin dewasa. Anak itu bukan robot. Mereka adalah manusia yang punya perasaan, ingin dimengerti dan tak perlu selalu dianggap sebagai anak keccil, sehingga kita buta bahwa anak juga punya hak untuk emndapatkan pengasuhan yang baik dari orang tuanya.
Kita juga eh terutama saya, kadang malas banget kalau dinasihati. Lebih suka diceritakan sekaligus menasihati.
Anak-anak juga demikian
Misal, dia mau dimengerti. Tapi mungkin dia masih belum paham apa yang dia mau.
Maka, orang tualah yang harus berusaha untuk belajar tentang anak.
Jadi inget, dulu ngedidik anak dengan meraba-raba. Baru melek setelah konsultasi dengan psikolog senior yang banyak memberi input.
sekarang saya di tahap ujian anak remaja mbak, usia 12 dan 13 tahun
Ujiannya beda lagi.
Emang beneran deh, jadi orang tua itu ngga ada berhentinya untuk belajar. Dan paling penting, berdoa, sabar sabar dan sabar, hehhee