Aliran Rasa : Sebuah Jurnal Menikmati Peran Goes to Ibu Profesional
Selasa, 8 Agustus 2023 menjadi saksi keberadaan kami dalam ruang virtual. Penghuni kelas sementara virtual zoom yang didominasi oleh kelompok kapal 1 dan 3. Saya diantaranya, bergabung dalam satu ruang virtual khusus untuk menumpahkan segala aliran rasa, sampai pada titik matikulasi pos 7.
Masha allah, luarbiasa semangatnya. Jadi terpana, terpanik sekaligus menunjuk diri. Oh, ternyata saya tidak sendirian ya. Ibu lain juga sama. Sedang mencoba menjadi pembelajar yang bijak. Yang tak lain arahnya adalah ingin menjadi seorang wanita yang sebenar-benarnya wanita.
Meski awalnya, dalam obrolan saya terkendala mic yang tak bisa dinyalakan, akhirnya kirim teks narasai panajng yang mewakili isi hati supaya perasaan saya juga bisa tertumpah ruah disitu. Masha allahnya, ibu-biu semua mensupport, daling bersinergi untuk ayo, kita bisa.
Bahwa, apa yang saya rasakan di awal saat gelar ibu tersemat berkah seorang putra yang lahir dari rahimku. Panggilan istri, yang awal banget masih membuat saya tidak percaya karena status usai menikah. Membuat kenyataan hidup yang sesungguhnya ahrus saya lalui dengan bijak.
Tanpa petunjuk dari yang Maha Kuasa, apalah artinya diri ini. Seorang perempuan yang masih terus belajar menjadi baik dimata anak dan suami.
Mulai terus merenungi setiap langkah yang saya ambil.
Sudahkah saya profesional membagi waktu sepenuhnya menjadi seorang ibu bekerja yang bijak ?
Sudah proporsionalkah, menempatkan diri saya sebagai ibu bekerja yang selalu siap mendampingi tumbuh kembang anak ?
Sudahkah saya mengapresiasi diri sendiri untuk terus semangat mencapai gols, dalam menikmati peran ini ?
Apakah saya bisa berkembang dengan passion yang saya miliki tanpa mengorbankan waktu untuk anak dan suami ?
Rasa-rasanya, jika saya dengan mudah menyampaikan semua harapan ini kepada pak suami, masha allah respon apa yang bakal tertangkap di mata telanjang ini ?
Ada sejuta harapan bagi saya, untuk menajamkan kualitas diri menjadi ibu, istri, anak sebagai mana agama (islam) mengajarkan.
Ibu Septi Peni Wulandani, adalah sosok nyata. Seorang ibu Profesional Kebanggan Keluarganya, Untuk seluruh jagat raya, dengan segenap kekurangan dan kelebihan, beliau telah membuktikan bahwa seorang perempuan itu punya rasa percaya diri yang tinggi untuk menjadi ibu, istri, anak dan pendidik generasi masa depan yang hebat.
Semoga saya tak pernah lelah untuk terus memupuk rasa semangat ini menggapai impian menjadi kebanggaan keluarga sendiri.
Saya sadar, karir dalam bekerja yang saya rintis, tak akan ada artinya ketika anak dan suami saya tidak bahagia. Ya rab, semoga aliran rasa ini menjadi saksi bahwa saya memang masih membutuhkanmu disegala kondisi.
Semoga, Ibu Profesional ini adalah bagian dari ruang saya untuk memupuk cinta kasih merajut kebahagiaan keluarga kecil kami menuju JANNAHNYA. Dengan cara yang tepat dan bijak sebagaimana engkau telah menghadirkan sosok Ibu Septi Peni Wulandani di muka bumi ini.
Tanpa mengurangi teladan-teladan yang telah engkau hadirkan sebelumnya, seperti sosok Siti Khadijah, Fatimah Az-Zahra, Aisyah maupun sosok lain dalam tokoh islam.
.
Posting Komentar