3 Kunci Utama Menjadi Ibu yang Sabar Ala Mbak Karin
Daftar Isi
Menjadi ibu yang sabar, dalam mendidik anak era digital itu bukan hal yang mudah. Ya nggak? aaaaah, semacam pertanyaan buat diri sendiri.
Bertabur insight yang saya sematkan dalam hati, Mbak Karina mengulas begitu dalam dalam hal menjadi ibu yang sabar bagi anak-anak.
Sebuah Highlight, Awal Materi "Menjadi Ibu yang Sabar" Ala Mbak Karin
Sesi webinar yang dikemas dalam sebuah channel YouTube ini adalah bonus, bagi kami peserta online school alkindikids. Durasi 1 jam 25 menit ini cukup membuat saya mencoba Tabayyun sama diri sendiri. Ada hal/ sikap yang perlu dikoreksi, dimaafkan, istighfar dan harus ada perbaikan sikap dalam mengasuh anak.
Ternyata, tingkat kesabaran saya masih setipis tissue. Karena ada beberapa poin yang belum saya mengerti asal muasalnya. Setelah mendengarkan webinar ini, Masha Allah. Bergumam, bibir komat Kamit mengucapkan mantra syukur "Alhamdulillah" Allah masih sayang. Menuntun ke jalan yang lurus untuk terus belajar menjadi Ibu.
Perlu kita sadari bersama, bahwa kita sebagai ibu adalah orang pilihan yang diberi amanah langsung sama Allah untuk mengemban peran menjadi ibu dengan sebaik-baiknya.
Tidak ada sekat, baik ibu rumah tangga maupun ibu bekerja. Kita semua sama-sama berjuang dengan usaha terbaik, mengantarkan putra-putri kita sesuai dengan fitrahnya dengan upaya terbaik.
Enggak heran, jika hal pertama dan utama yang patut kita cermati bersama adalah sadar diri. Bahwa kita (seorang ibu) millenial dididik dengan cara yang berbeda dari ibu di jaman X atau jaman boomer.
Tidak bisa disamakan. Sepanjang sejarah, ibu yang telah dinobatkan lahir di jaman boomer dan jaman X memang dididik untuk menjadi ibu rumah tangga. Kita, termasuk saya yang lahir di tahun 90'an, kalau mengingat-ingat lagi nasehat baik ibu " kalau bisa menjadi istri itu harus punya penghasilan sendiri, jangan bergantung pada suami. Jadi, nanti kalau mau beli apa-apa enak. Bisa pakai duit sendiri". Ada yang sama, senasib ? diberi wejangan sama orangtua terkait itu?. Maka, layar belakang kita tumbuh menjadi perempuan sudah berbeda. Tak bisa disamakan dengan generasi sebelumnya yang mampu mendidik anak banyak pada jamannya.
Bersyukurlah, dimanapun negara, sama kok. Katakanlah Jepang, kondisi perempuan di Indonesia dengan negara tersebut sama. Rerata, perempuan Jepang juga bekerja. Hanya saja, ibu Indonesia meski berperan sebagai ibu bekerja bertahan untuk survive mendidik anak. Jika bukan karena Rahmat Allah, ibu bukanlah siapa -siapa.
Lantaran demikian, bersyukurlah. Kita (seorang ibu) telah Allah sematkan gelar terbaik dan dipercaya mampu mendidik generasi bangsa yaitu putra-putri kita.
Jangan Menyerah Ibu, Para Sohibiyah Juga Pernah Merasakan Itu
Sesungguhnya, dalam jiwa ibu secara otomatis terinstal rasa keibuan yang tak pernah bisa dirasakan oleh sang Ayah. Sembilan bulan mengandung, wajar kok jika anak lahir, orang yang paling dicari pertama kali adalah Ibu. Minta apapun itu. Termasuk diberi kesempatan untuk menyusui bukan sekedar memberikan ASI pada anak. Lebih dari itu. Bahkan dalam Al-Qur'an juga telah tertuang jelas, ibu menyusui selama dua tahun. Menjadi perantara terbaik untuk menciptakan bonding, mengASIhi sepenuhnya dengan tulus.
Menjadi ibu yang sabar, adalah kunci. Nabi Musa, tumbuh dari seorang ayah bernama Fir'aun, yang mana kita ketahui bersama bahwa Firaun adalah orang yang murtad. Tapi, karena kesalehan istri Fir'aun bernama Asiyah, Musa menjadi orang pilihan yang namanya tertuang dalam Al-Qur'an dan kisahnya menjadi teladan umatnya. Itu artinya, kesalehan seorang ibu menentukan masa depan anak. Tanpa peran ayah, ibu diberikan kekuatan lebih sama Allah dalam hal mendidik anak.
Nikmati prosesnya, perlahan demi perlahan dengan penuh keikhlasan. Tak perlu ikut parenting sana-sini dengan dalih biar dapat ilmu pengasuhan yang terbaik. Tapi, niatkanlah mencari inspirasi dari para ahli/ siapapun itu sebagai ikhtiar menjadi pribadi yang lebih baik
Secara otomatis, sejak anak lahir, ibu telah berupaya menjaga anak sebaik mungkin, sekaligus belajar empathy untuk menerjemahkan bahasa anak dari yang tidak kita ketahui, maksudnya. Namun, karena ibu selalu bersentuhan langsung dengan anak, hanya ibulah seorang yang paham kebutuhan anak sendiri. Termasuk dalam hal merespon tantrum anak.
3 Kunci Menjadi Ibu Yang Sabar Ala Mbak Karin
1. Sabar dalam Ikhtiar
Kita tidak akan pernah tahu anak kita akan menjadi apa. Kalau bisa di terawang, kita bisa kan ya persiapan jauh-jauh hari. Karena memang di setiap kehidupan ini bakal diuji, bersabarlah dalam setiap proses membersamai anak. Niatan kita telah diketahui oleh Allah. Tinggal kitanya bertahan sejauh mana mengupayakan yang terbaik buat pertumbuhan sang buah hati.
2. Sabar Menghadapi Tantangan Menjadi Ibu
Kitanya sudah berusaha sabar, ada saja ya buk, ocehan netijen julid. Enggak perlu jauh-jauh, tetangga kita , atau orang di sekitaran kita bagian dari ujian kita. " Anaknya kok kurus, dulu anak saya seusia itu maemnya mudah kok". "Hlo, kok begitu sih membiarkan anak makan jajan terus, nanti enggak mau makan hlo".
Namanya juga manusia ya Bu, suka membanding-bandingkan. Sabarlah dalam menghadapi. Jika komentar itu bersifat menasehati karena emang kita yang kurang pas, yang diterima saja..Allah mengajarkan kita untuk tetap bersabar menghadapi ujian. Bila itu datangnya dari ahli, misal (saudara kita ada yang dokter anak), ya berbaik sangka lah. Niatnya agar anak kita sehat, tumbuh sesuai kurva hijau dan tidak semua komentar netijen kita anggap julid. Pilah-pilah informasi tersebut. Sering-sering istighfar dan memaafkan pula jika itu semua menyakitkan (membuat jengkel). Terima dengan ikhlas dan maafkan.
3. Sabar dalam Ketaatan
Poin terpenting dari dua poin sebelumnya adalah sabar dalam Ketaatan. Apapun ujiannya, ibu tetaplah hebat. Sudah berupaya kuat mencari cara terbaik dengan menjadi ibu yang baik pula bagi anak-anak. Ingat, ibu yang baik anak juga lahir dan tumbuh dengan baik. Seperti yang tadi saya uraikan kisah nabi Musa. Contoh lain, Nabi Muhammad juga demikian..Sejak dalam kandungan bapaknya telah meninggal. Karena kesalehan ibunya, Alhamdulillah Nabi Muhammad menjadi sosok yang mengagumkan dan menjadi teladan kita semua.
Penutup
Allah itu, tidak akan memberikan ujian diluar batas kemampuan hambanya kok. Yakinlah. Tinggal bagaimana upaya kita untuk mencapai sematan ibu yang sukses mendidik anak. Bakal kita panen ketika anak sudah besar. Mencapai titik terbaik seorang hamba, dengan tetap menjadi manusia yang bermanfaat bagi dirinya, keluarga dan bangsa.
Maka, sejauh mana ibu hebat telah berikhtiar dengan doa dan usaha terbaik selama ini ?. Jangan-jangan, ingin anaknya sukses tapi tak pernah berdoa dan meminta sama Allah akan hal itu. Ingin menjadi ibu yang sabar, tapi enggak mau evaluasi diri dan berbenah menjadi lebih baik.
Keduanya memiliki peran penting menjalankan tugasnya.
Huge buat semua ibu yang berjuang di jalannya maisng2.