Tetap Ceria Berkat IndiHome Usir Kebosanan Saat Mudik di Rumah Mertua
Daftar Isi
H-6 lebaran, hati rasanya campur aduk. Mudik cuma berdua bersama balitaku yang kini berusia 4th membuatku harus olah rasa mulai dari keberangkatan, di perjalanan, sampai ke rumah tujuan. Gubug mertua.
Sebulan sebelum lebaran tiba
Suami memberikan tawaran mudik ke Magelang, Jawa Tengah. Dengan ongkos pulang pergi beliau yang menanggung. Awalnya ingin protes, tapi pasrah. Terbayang bagaimana rempongnya perjalanan jauh bawa balita dan cuma berdua.
Mengingat ongkos mudik tidaklah murah dan jalur darat juga pastinya padat. Serta planning tahun ini diperkirakan mudik part berikutnya bakal ada. Mudik ke tempat Emak di Pati – Jawa Tengah (tanah kelahiran saya). Dan bulan Desember nanti bakal ada pertemuan keluarga besar yang bertempat di Magelang lagi. Keputusan terbaik adalah mengikuti saran suami, mudik ke gubug mertua naik kereta api.
Hakekat Mudik Lebaran
Mudik lebaran sudah menjadi tradisi dalam islam. Bila masih ada orangtua, wajib pulang saat lebaran untuk silaturahim dan saling memaafkan.
ilustrasi lebaran di rumah sanak saudara |
Selama sebulan ramadhan, kita telah berupaya untuk meningkatkan keimanan dengan ibadah sebaik-baiknya. Maka, momen lebaran telah menjadi tradisi, merayakan kemenangan sekaligus meningkatkan kualitas hubungan yang terjalin dalam naungan bernama silaturahim.
Tradisi lain biasanya saling bertukar angpao dan keliling ke tempat sanak saudara. Salah satu upaya untuk memperpanjang hubungan kekeluargaan agar tetap harmonis sampai generasi berikutnya. Sekaligus momen saling mengenal, biar yang muda-muda nanti yang akan menjadi penerus kelekatan darah daging cucu-cucu nanti.
Menyambung tali silaturahim juga akan lebih berarti dan bermanfaat untuk mengetahui silsilah dalam keluarga.
1. Menjaga dan merawat hubungan baik dengan sesama anggota keluarga
Berkat internet, komunikasi jarak jauh menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Lantaran demikian, tetap harus ada satu momen minimal yang menjadi aksi nyata guna menyambung tali silaturahim panjang. Saling berkunjung. Bertemu terus di ruang virtual juga tidak bagus, sesekali perlu menyempatkan diri untuk saling berkunjung agar lebih berkesan dan tak kehilangan jejak silsilah dalam keluarga. Untuk keluarga jauh sekalipun, justru bila sewaktu-waktu pergi ke suatu tempat dan ada saudara disana, bisa jadi jujugan untuk tempat main.
2. Memberi dukungan (materiil dan moril) sesama anggota keluarga
Kita tak pernah tahu kesulitan apa yang akan terjadi. Minimal, kita bisa saling terhubung untuk memberikan bantuan demi meringankan beban saudara/keluarga kita. Dengan mengetahui silsilah dalam keluarga, kita tidak akan sungkan untuk saling bergotong royong membantu dalam kebaikan.
3. Menghindari kesalahpahaman
Akan sangat rumit, bila tidak saling mengenal. Baik dalam hal berkomunikasi atau menjalin hubungan sosial. Misalnya, ketika terjadi percintaan yang mana karena ketidaktahuan satu sama lain yang itu masih ada hubungan keluarga jauh, akan menjadi suatu perkara yang berdampak pada generasinya nanti. Pernikahan yang dilarang.
4. Melestarikan garis keturunan
Mengetahui silsilah keluarga mulai dari nenek moyang hingga ke cucu-cucunya sekarang memberikan manfaat agar garis keturunan tidak terputus. Terbayang ya, bila kumpul keluarga besar akan menjadi cerita menarik untuk menceritakan kebaikan dan menjadi inspirasi untuk saling berbagi (sisi positif)
5. Mengetahui riwayat penyakit
Menjaga keharmonisan dalam keluarga besar memang tak selalu manis. Namun, dengan mengetahui silsilah keluarga turut membantu dalam hal mengetahui riwayat penyakit turunan sehingga bisa mengantisipasi untuk mengatur pola hidup sehat dan lebih berhati-hati ke depannya.
Lurbiasa ya, mengetahui silsilah dalam keluarga itu sangat penting menurutku. Jaman sudah berkembang, tak ada alasan lagi untuk tidak saling mengenal satu sama lain, siapa dan dimana keluarga besar kita. Walau jarak memisahkan, serta beragam alasan kesibukan lain tak jadi masalah, kan ada internet yang akan menjadi support terbaik untuk tetap merawat hubungan manis dengan keluarga besar melalui pesan udara.
Balik lagi ke ceritaku soal perjalanan mudikku.
Perjalanan Mudik Riang Ibu Girang
Jauh-jauh hari sudah packing barang yang akan dibawa. Bahkan berulang kali ngobrol intens dengan si kecil agar selama perjalanan mudik tidak tantrum. Beli tiket juga sama, H-30 sudah booking tiket pulang dan pergi naik kereta api.
Perjalanan yang cukup jauh yang kalau dihitung bisa sampai 6 jam atau 300an km yang harus ditempuh. Kebayang kan, bagaimana capeknya?. Bawa barang sekoper dan dua tas gendong. Sebisa mungkin saya mengatur semuanya agar mudik aman, nyaman dan sehat serta selamat sampai tujuan.
Usir Kebosanan Diperjalanan, Nonton Tetap Asyik Berkat Internet Cepat
Selama di kereta, si kecil lebih banyak melihat video di youtube. Saya memang memperbolehkannya untuk pegang gadget. Typikal anak yang enggak mau diam bila dia bosan. Hiburan berbekal internet cukup meringankan bagi saya. Saya harus hemat energi.
Lantaran demikian, tidak melulu kok saya melonggarkan si kecil main gadget saat perjalanan. Tetap memberikan jeda agar matannya tidak lelah. Biasanya kami main usil-usilan, membaca buku, bernyanyi, melihat pemandangan sekitar dan berbagi cerita hingga makan camilan bersama. Serta membuat perjanjian bila waktunya nonton selesai handphone dimasukkan ke dalam tas.
Berbekal internet cepat, saya lebih mudah untuk menikmati perjalanan. Duduk santai, makan camilan serta menemani si kecil nonton video yang di sukainya. Sesekali, saya juga tidur sejenak untuk melepas penat. Meski duduk saja, banyak jam duduk di kereta pantat juga panas guys. Hehehe
Terasa betul kenikmatan perjalanan mudik lebaran kemarin. Bahkan saya bisa menyempatkan diri untuk ambil video si kecil yang begitu riang menikmati perjalanan tanpa minta digendong sama sekali.
Salah satu hal yang saya syukuri. Tanpa screentime si kecil main gadget, mungkin saya akan kehabisan energi untuk mengawalnya. Sebab, dia typikal anak yang lebih dominan motorik kasarnya, bosan sedikit dia heboh. Bikin ulah dan buat saya enggak tenang beraktivitas.
Berkat internet pula, saya bisa memberikan kabar kakung uthi yang sedang menunggu kedatangan kami. Yaps, kami diminta untuk terus memberikan kabar agar mereka tidak khawatir. Wajar ya, namanya juga orangtua. Takut kalau ada apa-apa terjadi dengan kami selama perjalanan.
Mudik membawa balita sudah pasti ada tantangan tersendiri. Bukan hanya takut rewel selama perjalanan. Takut juga kalau waktunya turun si kecil malah sedang enak-enaknya tidur. Kemarin saya mengalami hal itu, untungnya saya berusaha berdamai dengan diri sendiri bahwa semua akan aman- aman saja. Dan benar, ketika saya membangunkannya perlahan, si kecil langsung bangun dan mau jalan sendiri. Kasihan sebenarnya, wajahnya nampak masih menyimpan rasa ngantuk yang dia tahan.
“Enggak apa-apa ya anak, bunda minta maaf. Terpaksa membangunkan karena bunda bawannya banyak. Tidak bisa menggendong, guman dalam hati”
Sampai di stasiun Yogyakarta, kami berhenti sejenak untuk ambil foto di area stasiun. Kemudian kirim ke suami. Berbagi rasa capek sekaligus berbagi keceriaan menunjukkan ekspresi si kecil yang riang dan sangat kooperatif saat perjalanan.
Lelah terbayar.
Langsung menghampiri pos DAMRI, salah satu kendaraan yang siap mengantarkan penumpang ke tempat tujuan. Rencana naik ojek online tidak jadi. Sebab, biaya naik mobil DAMRI lebih terjangkau.
Perjalanan Jauh Membawa Si Kecil, Ada Saja Tantangannya
Menata hati dan emosi yang cukup panjang. Anak mengikuti arahan saya, sudah membuat hati meleleh. Sebenarnya sih, takut banget kalau anak kecapekan. Luar biasanya, si kecil justru menunjukkan wajah sumringah (bahagia).
Namun, hal diluar prediksi pun terjadi.
Suasana dingin tiba-tiba menghampiri. Saya dan si kecil yang pada waktu itu duduk di urutan bangku ke dua setelah kursi pak Sopir, hawa dingin cukup menusuk tulang. “Saya kok merasa kedinginan ya, gumam dalam hati”
Selang beberapa menit kemudian, si kecil merengek “ Bunda, ini masih lama tidak?, tanya ya”. “ Agak lama nak, sayapun menjawab jujur. Hla, si kecil malah protes.
Melihat gerak-gerik tubuhnya, saya mengartikan bahwa dia kebelet pipis.
Saya mencoba menawarkan untuk mengantarnya buang air kecil sejenak. Namun, si kecil menolak. Beberapa menit diam. Jarak beberapa menit berikutnya, dia gelisah seakan ada sesuatu yang dia tahan.
“Pak, bisa berhenti sebentar?, anak saya mau pipis. Mencoba mengusahakan yang terbaik buat anak untuk memenuhi kebutuhan dasarnya aman dan nyaman dalam perjalanan.
Alhamdulillah, Pak Sopirnya bisa diajak kerjasama. Mobil yang kami tumpangi berhenti sejenak. Saya mengajak si kecil untuk turun dan mengantarnya buang air kecil. Plong rasanya.
Namun, entah kenapa, dugaan saya justru meleset. Yang biasanya si kecil kurang pandai mengutarakan kemauannya saat di kendaraan umum, justru gerak tubuhnya semakin menjadi. Sambil saya puk-puk punggung dan bagian tubuh lainnnya, dia semakin protes. Tanya kapan sampainya. Yang mana pertanyaan itu diulang 10 kali.
Mencoba menenangkannya, sedangkan diri sendiri lama-lama juga merasakan enggak enak badan. Berasa mual dan ingin muntah. Anggapan saya bahwa “mungkin tanda dalam tubuh mencapai rasa puncak capek” . Si kecil juga merasakan tidak nyaman mau rebahan di mobil untuk sementara waktu.
Sayapun kehabisan energi, efek AC mobil yang terlalu dingin menusuk kulit. Sayapun hanya berpikiran bahwa penyebab si kecil sedikit rewel di mobil karena perutnya juga belum terisi nasi untuk makan siang. Sama juga dengan saya.
Tinggal turun dari mobil, 2 menit sebelumnya si kecil muntah. Saya kecolongan. Lantai bawah pun kotor. “ Pak, mohon maaf, anak saya tadi muntah”. Selang 10 hitungan, sayapun hoek-hoek depan rumah tepat ketika kaki menginjakkan kaki di rumput usai turun mobil. Hingga saya tidak memperhatikan kapan mobil itu tiba-tiba pergi jauh dari pandangan mata.
Alhamdulillah, sampai juga di rumah mertua. Setelah melewati 6 jam perjalanan darat.
Kami, berjalan dengan sisa- sisa tenaga yang alhamdulillah semua berakhir baik-baik saja. Sampai di rumah mertua, mandi dan ganti baju. Si kecil, sudah kembali normal dan main riang gembira.
Enggak bisa terbayang sebelumnya. Benar-benar diluar prediksi yang biasanya si kecil tidak pernah muntah dalam perjalanan. Namun, karena hawa dingin bisa memicu angin masuk dan menusuk tulang yang menyebabkan kepala agak pusing dan mual. Jadi pelajaran berharga.
Momen Kumpul Keluarga Saat lebaran
Sore, kami datang. Saya mengira nanti si kecil bakal bosan selama di rumah Uthi/Kakung, karena tidak ada anak seumuranya yang bakal menemaninya bermain. Mainan kesayangan si kecil telah saya bungkus tas kuning khusus sebagai solusi terbaik buat mainan nanti.
Hari pertama, kedua dan ketiga berjalan dengan aman. Si kecil tidak ngereog bilang bosan. Sebagai ibu yang sangat paham kondisi si kecil dalam keseharian, lebih lega karena anak bisa beradaptasi cepat di tempat kakek/neneknya. Ada partner bermain yang cocok, omnya. Saya melihat tingkahnya merasa senang.
Saling berinteraksi dan komunikasi. Yang biasanya kami terkoneksi melalui jalur video call yang tiap sabtu/ minggu baru bisa bercengkrama lewat pesan udara. Lebaran kali ini, bisa bertatap muka langsung, ngobrol banyak bahkan jadi momen saling merekatkan. Anak lebih paham dan kenal saudara-saudaranya.
Itulah hakekatnya momen lebaran dalam keluarga. Saling mengisi dan merekatkan. Apalagi Uthi/Kakung yang usianya sekarang 70 tahun lebih, dari ketujuh anaknya pasti mereka mengharapkan di hari kemenangan bisa kumpul bareng lengkap dengan cucu-cucunya.
Memahami betul perasaan orangtua, di usianya yang senja mereka tetap ingin merasakan kumpul bersama. Mengetahui sejauh mana kondisi anak cucunya. Maklum, Uthi/Kakung cuma berdua tinggal di rumah saja. Hari-hari biasa, pasti merasakan rindu karena cuma setahun sekali bisa bertemu.
Selama ini, terus mencoba memahami kebutuhan orangtua. Bisa dibayangkan ya, bila internet cepat tidak dipasang di hunian Uthi/Kakung, mereka pasti merasakan kesepian. Mau keluar rumah juga tenaga tidak kayak dulu, waktu muda. Apalagi motor sebagai alat untuk pergi kemanapun juga tidak ada. Bila sewaktu-waktu butuh bantuan Uthi/Kakung tinggal telephone lewat ponsel pintarnya.
Bila tidak ada WiFi rumah terbaik IndiHome yang selama ini menemani Uthi/kakung, apa jadinya coba ? enggak terbayang, mau mobile berasa jadi susah.
Untungnya, sejak covid melanda internet provider IndiHome telah menjadi teman setia Uthi/Kakung. Bila bosan dirumah saja, bisa menonton siaran televisi tanpa ada yang mengganggu. Menonton video lucu sebagai hiburan, bahkan bisa mengakses informasi apapun bisa diperolehnya tanpa harus keluar rumah.
Dan yang paling urgent, ke tujuh anak Uthi/Kakung bisa saling absen dan terhubung setiap hari sabtu atau minggu untuk bergantian video call saling bercerita, membalas rindu, bahkan bisa say hello cucu-cucu kesayangan lewat dunia virtual.
Internet, jaman sekarang memang sudah menjadi kebutuhan ya. Dalam pertemuan keluarga besar lebaran minggu pertama kemarin, kami juga membahasa terkait generasi kami berikutnya. Akankah sama terhubung manis lewat silaturahim yang indah walau terpisah jarak sekalipun ?
Bila diilustrasikan, kurang lebih beginilah putra-putri Kakung/Uthi tersebar di beberapa tempat dan berjarak jauh
Sebagai anak, kami mencoba mencoba memahami dengan baik keinginan orangtua. Meski tak selalu bisa bertutur sapa melalui jalur darat karena jarak jauh yang memisahkan, dengan saling memberikan kabar, saling rukun antar sesama saudara dan selalu ingat orangtua pasti menjadi idaman semua orang.
Ini menjadi tugas utama seorang anak, tanpa alasan apapun menjalin keharmonisan sesama saudara di keluarga adalah hal wajib. Jangan sampai juga nanti ketika orangtua telah tiada, kerukunan dan komunikasi antar saudara terputus. Terlebih jarak memisahkan dan kesibukan menjadi alasan untuk tidak saling berkabar, sangat rugi bukan ?.
Maka, internet menjadi alat utama dan pertama yang mampu menghubungkan langgengnya silaturahim tanpa batas. Melalui internet pula, bisa lebih intens memberikan informasi valid bila sewaktu-waktu salah satu keluarga punya hajat besar. Mendukung aktivitas tanpa batas keluarga untuk saling diskusi, membalas rindu atau hanya sekedar tanya kabar.
Terimakasih IndiHome. Telkom Indonesia yang selalu support segala kebutuhan buat Uhti/Kakung selama ini. Juga turut menjawab kekhawatiran saya, berkat internet cepat di rumah uthi/Kakung, si kecil juga mendapat hiburan paket komplit. Bisa menikmati waktu screentimenya dengan maksimal.
Posting Komentar