Cara Mendidik Anak Agar Disiplin dan Bertanggungjawab
Cara mendidik anak agar disiplin dan bertanggungjawab. Tulisan ini aku susun buat reminder diri setelah baca postinga Bu Okina Fitriani di Instagram. Tentang Apa yang terjadi kalau anak sering diburu-buru? Seketika aku jadi lemes dan mengkroscek sikapku dan suami memperlakukan Andra.
Usianya yang sekarang berada di
rentang 4 tahun lebih nampak sekali pribadinya yang cukup unik. Contohnya, bila
dia sedang fokus mengerjakan suatu hal, dan kita (orangtuanya) memanggil untuk
mandi (misalnya), yang ada sikap menolak dan cenderung berontak. Adakah
mengalami hal sama?
Kemudian kita (orangtua) kasih
label ke anak,” adik kok enggak nurut to, adik kok susah banget disuruh mandi”.
Padahal kalau kita(orangtua) mencoba memahami kondisinya, justifikasi itu tidak
bakal terucap dari mulut ibu.
Pahami Kondisi Anak, Cara Mudah Mendidik Anak Agar Nurut
Pengen kan, punya anak yang nurut
saat kita (orangtuanya) memerintah, minta tolong atau hanya sebatas ngobrol
suatu hal agar anak menjadi pribadi yang baik. Nurut, tidak menciderai temannya
dan perbuatan negatif lainnya?
sumber :pixabay.com |
Memahami kondisi anak ini
ternyata butuh kepekaan yang tinggi dari sosok ibu (terutama). Seorang ibu lah yang harus
peka pertama kali agar kebutuhan anak tercukupi. Bukan hanya kebutuhan makan,
minum dan tidur saja. Kebutuhan emosional, bonding serta apapun kondisi anak
kita bisa merespon dengan tepat. Butuh ilmu dan latihan memang, karena jujur,
aku bisa benar-benar mengerti apa yang di mau anak juga butuh latihan dan asah
terus kemampuan untuk peka terhadap anak. Setuju ya ?
Contohnya begini, kenapa anak ini
enggak boleh diburu-buru ? Setelah mengunyah apa yang ditulis Bu Okina dari
postingan di instagram feednya ini ternyata : meminta anak-anak agar
cepat-cepat “ayo mas andra, berangkat nanti Bunda terlambat hlo”.
Tanpa disadari sikap tersebut
menjadikan anak sulit mindfull dan tuma’ninah dalam mengerjakan apapun. Gubraaaaaaaakkkk. Akibatnya apa ? tenang
tahan nafas dulu dan resapi perlahan-lahan kalimat dibawah ini !
- Sholatnya holila sulit tuma’ninah, tidak merasuk ke dalam dada, tiada efek pada akhlak
- Jika membuat keputusan tergesa-gesa, salah langkah, meleset dan careless (sembrono)
- Sulit mengendalikan emosi
Sampai disini, aku merenung cukup
dalam. Auto flash back apa saja yang sudah aku lakuin selama ini dalam
pengasuhan ke anak. Kurang pekanya diriku sebagai ibu, tanpa kusadari membuat
anak terburu-buru sering kulakukan. Ya, Rab, semoga masih ada waktu untuk
berbenah.
“Melinasi batang otak dan limbik itu terjadi 80% usia 4 tahun”
Itu artinya, kalau sejak kecil
anak diburu-buru (disuruh cepat-cepat) maka respon otomatisnya terhadap emosi
juga makin terbentuk. Mudah terhijack emosi. Semakin kesini aku merasa
bermasalah. Mungkin ini kali ya, anak pertama itu sebagai percobaan. Huft.
Semakin minim ilmu aku sebagai orangtua.
Ya Rab, semoga engkau
mengampunkan dosa hamba dan suami, yang masih tidak sempurna menjadi orangtua.
Amiin.
Aku melihat Mas Andra ini
emosinya masih meledak-ledak hingga tantrum bila dalam melakukan suatu hal tak bisa. Tapi,
sebenarnya potensinya untuk bisa mengendalikan emosi sebenarnya juga bisa. Ya,
dan sekarang kupaham bahwa output bagaimana Mas Andra saat ini adalah sebagai
gambaran dari pengasuhan kami sebagai orangtua. Dah lah, bila aku semakin
curhat panjajng dan lebar semakin melow diri ini. Yang ada hanya penyesalan.
Bukan itu fokusku. Sekarang saatnya bangun mindset untuk tetap fight melakukan
berbenah diri dan terus memperbaiki diri agar disisa waktu ini membuat Mas
Andra semakin lebih baik.
Di Buku Enlightening Parenting, Membahas Ajarkan Anak Suasana Rileks
Yuhu, buku ajaib aku menyebutnya.
“Anak menyebutkan suasana rileks di kehidupan awalnya”. Yang mana maksud dari
rileks tidak sama dengan bermalsa-malasan. Untuk jelasnya, teman-teman bisa
membaca screenshotan postingan yang aku ambil dari feed instagramnya Bu Okina
ya.
sumber :instagram bu Okina_fitriani |
Bagaimana Membangun Rileks Agar Anak Lebih Nurut Sama Orangtua ?
Aku mengatakan bahwa membuat
rileks sama dengan membuat anak menjadi lebih nurut. Membangun suasana riang
gembira, yang dimulai pagi hari. Kalau Bu Okina mencontohkan, mulai dari sholat
jamaah bareng, membiasakan cium tangan. Kemudian Bu Okina cium balik dan mereka
tertawa. Masha allah ya, penuh kasih dan sayang dalam memberikan suasana rileks
ke anak.
Lalu strecing senam dengan dansa
bersama. Baru setelah itu mandi dan siap-siap ke sekolah. Kemudian melakukan
evaluasi kegiatan sekolah dengan ceria. Ketika pulang kerja tidak langsung
mengabsen buat mandi, dan tanya bagaimana PR?
Peluk-peluk dulu, kejar-kejaran.
Ketawa-ketiwi hahahihi, pijit-pijit sambil didoain ditiup-tiup kepalanya baru
kemudian bertanya ada tugas atau tidaknya. Dilanjut malam hari, cuci otak cuci
hati. Apa saja yang membuat hari ini bersyukur, tadi di sekolah ada yang tidak
menyenangkan, ada yang perlu dimaafkan kah ? dan mari memaafkan. Masha allah
ya.
Mulai dari sekarang harus
benar-benar meluangkan waktu buat Mas Andra. Sebenarnya ada momen juga buat
main bareng dengan Mas Andra hanya saja kadang masih terdistraksi dengan
aktivitas menyelesaikan urusan dapur. Beres-beres rumah, masak, cuci baju,
setrika dan kadang membuat Mas andra protes memang. Kok Bunda cuci piringnya
lama.
Nah, sejak musim penghujan ini
aku mulai berbenah, soal nyuci baju habis shubuh atau sebelum shubuh. Cukup
menantang memang, yang itu artinya untuk menyelesaikan waktu uprek di dapur
harus lebih awal. Dan menyediakan waktu khusus untuk bermain setelah waktu
shubuh hingga benar-benar berangkat sekolah. Dan ini reminder banget.
Benahi, sebelum merusak diri dan
anak-anak sendiri. Buat manajemen diri menjadi lebih baik. Pesan dari Bu Okina
yang sekaligus mengajak kita para Ibu dan orangtua sejagat raya, untuk segera
berbenah.
Cara mendidik anak agar disiplin dan bertanggung jawab butuh effort
besar. Kalau aku menyimpulkan pada semua hal yang disampaikan Bu Okina adalah,
memberikan kasih sayang penuh pada anak, ada waktu bermain tanpa distraksi,
mengambil hati anak dulu baru kemudian memasukkan hal-hal yang hendak kita
ajarkan/sampaikan pada anak.
Mulai dari disiplin, soal jam
tidur, mandi, aktivitas rutin lain yang ini memang butuh usaha lebih kalau aku
menyebutnya. Aku rasa sebagai Ibu konsistensi menerapkan hal apapun itu
kuncinya pada orangtua. Kalau sudah bilang A ya harus sepadan dengan apa yang
diucap. Biar tidak dinilai anak ada dispensasi.
Perihal tanggungjawab juga sama,
untuk mainannya misalnya. Perihal membawa tasnya sendiri saat Bunda jemput Mas
Andra di sekolahnya, dan meletakkan sandalnya di raknya masing-masing. Itu bebrapa
contoh yang sebenarnya hal kecil tapi sangat bisa diterapkan dalam kehidupan.
Entah kenapa kalau di rumah Mas Andra
ini sangat berbeda, masalah membereskan mainannya misalnya. Kadang dia mau
membereskan dengan senang hati, kadang tidak.
Penutup
Bismillah, semoga Allah mudahkan
buat berbenah. Mengisi tangki cinta (spesial time) dan aku juga harus komunikasi sama suami
tentang cara mendidik anak agar disiplin
dan tanggung jawab.
Semoga kita semua bisa berkesempatan mendidik anak dengan tepat dan benar yaa mba.
Melatih kebiasaan baik pada anak emang butuh konsistensi yg amat sangat kuat. Harus kompak juga antara ayah dan ibunya. Anaku dlu jga ngambek klo diminta tidy up, awalnya diajak beresin bareng dlu, alhamdulillah skrg udah tau klo itu jdi tugas pribadinya tanpa harus ditemani.