4 Cara Mencegah Penyakit Tantrum Pada Anak
Daftar Isi
Empat cara mencegah penyakit tantrum pada anak, apa benar tantrum merupakan sebuah penyakit ? Ya, kalau dalam masa golden age enggak tertangani itu bisa menjadi sebuah momok besar yang akan menimbulkan masalah di kemudian hari.
Kenapa disebut sebagai penyakit? mungkin karena hal ini kerab dialami oleh anak usia dua tahun ke atas manakala apa yang diinginkan tak segera dikabulkan. Juga ada faktor lain yang menyebabkan tentunya.
Pada kesempatan ini saya akan berbagi cerita, berkaitan dengan masalah tantrum pada anak. Enggak terbayang sebelumnya jika soal tantrum pada anak belum mampu saya pecahkan solusinya, sebab si kecil yang saat ini berusia 4 tahun (pas) masih sering saya mendapati dia tantrum di tempat umum.
Adakah emak-emak disini pernah mengalami hal serupa? anak tantrum di tempat umum dengan durasi cukup lama ? Butuh gandengan tangan nih Mak 😃.
Simak beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menghadapi tantrum pada anak ya.
1. Arti Sebuah Tantrum Pada Anak
Wajar kok, tantrum pada anak itu. Biasanya kondisi ini muncul saat kemampuan berbahasa anak mulai berkembang. Yaitu diusia 2 tahun -5 tahun. Anak akan merengek, menangis, memukul, menendang, gulung-gulung bila kemauan si anak tidak dituruti. Kondisi ini juga menjadi ajang kreativitas anak untuk menguji orangtuanya seberapa tega bersikap pada anak agar apa yang diinginkan lekas dikabulkan.
Sebagai catatan, jangan sampai apa yang telah menjadi keputusan orangtua mengatakan "tidak", yang kemudian akan berganti dengan kata "iya". Pasti akan di cermati oleh anak manakala pada kesempatan lain dia butuh benda, mainan atau makanan yang diinginkan. Secara otomatis anak akan melakukan cara yang sama biar orangtua mengatakan "iya". Pada prakteknya, ini memang tidak muda, emak.
2. Penyebab Anak Tantrum, Ini Dia Alasannya
Berusaha mencari solusi, berdasar apa yang saya baca dari cerita-cerita dan pengalaman mbak Nuri Aprilia (team sharing enlightening parenting) cukup menambah siraman hati bagi saya untuk bergerak.
Pengetahuan yang tidak saya ketahui, bermula dari sini saya sedikit banyak menjadi lebih tahu. Mencoba untuk mempraktekkannya juga, tapi ya itu. Seringnya indah di teori tapi gagal secara prakteknya bilamana menghadapi anak tantrum.
Meskipun demikian, emak juga wajib tahu apa saja yang menyebabkan anak tantrum.
a. Frustasi
Mungkin, saat mengajak anak di tempat umum anak cenderung frustasi karena menunggu lama. Bisa jadi, dia bosen dengan aktivitas yang itu-itu saja sedangkan kita tidak persiapkan jurus jitu untuk menangkalnya.
Alhasil, bila anak tantrum itu merupakan sebuah dari cara mereka mencari perhatian supaya anak merasa nyaman.
b. Ingin mendapat perhatian segera
Ini anak saya banget, sebab si kecil merupakan type anak yang cukup aktif baik gerak maupun mulutnya. Ingin mendapatkan perhatian segera adalah caranya bila bosan menghampiri. Ada baiknya bila pergi keluar rumah membawa mainan kesayangan anak, makanan dan minuman favorit. Atau benda lain yang bisa membuatnya nyaman, termasuk pendampingan dari pasangan atau orang terdekat yang bisa diajak ngobrol.
c. Berkaitan dengan perkembangan
Dari referensi pendukung yang saya baca, pada salah satu situs yang membahas perkembangan anak, tantrum ini erat kaitannya dengan perkembangan anak. Bisa saja anak enggak mampu menyampaikan dengan bahasanya sedangkan kita sebagai orangtua kurang peka. Atau kitanya yang tidak tanggap ketika anak memberikan kode atau menunjukkan gestur tubuh yang membuat kita kesulitan memahami kemauan anak.
Biasanya, mas Andra sering begitu. Memberikan tanda ke pada saya bila dia ingin sesuatu. Kalau tidak ya, dengan menarik-narik tangan saya.
d. Hasil belajar karena pernah berhasil mendapatkan keinginan
Saya akui pada prakteknya butuh latihan terus. Kerab saya kecolongan ketika anak merengek minta jajan (misalnya) dengan mudahnya saya menuruti. Dalam pikiranku sih, masak anak minta jajan orangtuanya pelit, tidak mau membelikan. Selama harga masih dalam batas normal, ya, boleh-boleh saja.
Sisi lain, kalau orangtua tidak tegas, hal ini akan dicermati oleh anak. Dia akan menilai bahwa keinginannya akan dituruti bila dia memelas meminta sesuatu. Bagian ini, kuncinya terletak pada orangtua. Seberapa tegas memperlakukan anak ketika mereka merengek minta makanan atau jajan. Nah, kalau untuk mainan biasanya saya kasih pemahaman ke anak agar bersabar dulu. Intinya, tidak langsung saya turuti.
Tantrum itu dicegah, bukan diatasi (Teori Caveman Harvey Karp)
Sebenarnya, ada beberapa simulasi yang dicontohkan mbak Nuri Aprilia dalam mencegah tantrum pada anak. Emak-emak bisa menontonnya di channel youtubenya.
sumber : YouTube Nuri aprilia |
Jujur, saya belum berhasil di semua kondisi saat anak mengalami tantrum. Pasalnya, kadang sayapun ikut tantrum ketika anak merengek, memukul, gedruk-gedruk saat dia menginginkan suatu benda, makanan, minuman dan mainan.
4 Cara Mencegah Penyakit Tantrum Pada Anak
Ingat, tantrum bisa menjadi sebuah penyakit bila tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat. Bisa -bisa jadi ajang kreativitas anak untuk memelas ketika apa yang diinginkan tidak dituruti.
a. Pahami Dunia Anak
Yang ini, adalah bagian orangtuanya terutama emaknye supaya mampu memahami dunia anaknha sendiri. Sebagai contoh terkait jam bermainnya, jam makan, jam tidur dll orangtua harus paham kondisi.
b. Fokus pada Tujuan
Bisa dengan membuat kesepakatan pada anak mana yang boleh dimiliki dan tidak boleh dimiliki. Contohnya saat emak pergi jalan-jalan ke mall. Orangtua dan anak membuat kesepakatan bila melihat penjual es krim, anak tidak beli. Begitu seterusnya. Pada intinya, bila mau pergi kemanapun jangan mendadak
c.Ketajaman Indera
Ketajaman indera sebagai orangtua harus terus diasah. Pastikan anak nyaman selama bepergian. Perut sudah terisi, enggak kebelet pipis maupun pup dan pastikan anak nantinya juga enggak merasa ngantuk selama diluar. Kalaupun anak nantinya ngantuk, emak bisa menyiapkan gendongan maupun alat bantu lain seperti stroler praktis atau istirahat sejenak ditempat nyaman supaya anak bisa istirahat dengan tenang. Pinter-pinternya orangtua mengatur segalanya.
d. Fleksibel dalam Tindakan
Sebagai contoh ketika emak dan si kecil usai pergi dari luar, enggak mungkin kan memaksakan anak untuk cuci kaki, gosok gigi saat anak udah ngantuk dan capek emak tetap memaksakan kondisi tersebut. Berbaik hatilah, kan tidak setiap waktu mengalami kondisi begitu, jadi ruang untuk fleksibel dalam tindakan ini disesuaikan dengan keadaan masing-masing.
Itulah beberapa poin yang harus kita ketahui. Tentunya butuh praktek terus supaya kita sebagai orangtua tidak ikutan tantrum ketika menghadapi anak tantrum Ini yang akan lebih repot. Sebab emosi itu menular.
Sebuah Aliran Rasa Ketika Menghadapi Tantrum Pada Anak
Saya kerab mendapati anak tantrum di tempat umum. Tentunya bikin pusing, ingin marah, capek dan malu. Tapi sebisa mungkin saya menghadapi itu dengan cukup banyak makan garam. Apalagi pas anak sedang marah-marahnya, nasehat apapun bakal tidak dia dengar. Itu yang harus dihindari, menasehati saat anak meledakkan emosinya (tantrum) enggak bakal mempan bila itu kita lakukan. Biarkan anak meledakkan emosinya dengan tetap kita pantau.
Tak jarang pula, saya selalu berusaha untuk memeluk anak ketika dia tantrum. Walau terkadang saya kelepasan entah dengan membentak dan lain sebagainya. Jujur, berat masih untuk mencegah ini semua. Mungkin sayanya yang fakir ilmu.
Nak, suatu saat nanti kamu akan paham maksud bunda. Tulisan ini saya buat untuk pengingat diri bunda sebagai ibu yang telah melahirkanmu. Maafkan bunda ya nak. Doa bunda selalu menyertaimu. Amiin
Semoga ulasan secuil dari kisah nyata yang saya alami ini bermanfaat untuk kita semua. Dan tentunya butuh juga komunikasi dengan suami (peran ayah) dalam pengasuhan. Supaya enak kedepannya.
Yuk, kita curcol bareng disini untuk mencegah penyakit tantrum pada anak enggak menular kepada emosi kita sebagai orangtua. Emak bahagia, anak pasti ikut bahagia. Just be strong
Butuh ilmu dan kesabaran dalam menghadapi anak pada setiap masa pertumbuhannya
Jangan sampai tantrum ini dijadikan senjata oleh anak agar segala apa yang dimaui dikabulkan oleh emaknya.
Aku bisa ngerasain anakku yang 1,5 tahun ini laki-laki kalau pas tantrum idih bikin nano-nano wkwk.. Tapi belum sampai parah sih ini. Masih bisa cover aku.