Keindahan pesona nusantara membuat diriku ingin mengulang mimpi yang belum terwujud. Ingin keliling Indonesia menjadi narasumber pada pelatihan guru nasional mengusung literasi dari Sabang sampai Merauke.
Terinspirasi dari salah seorang dosen jaman kuliah dulu, beliau sering memberi iming-iming bisa sekalian jalan-jalan setelah menjalankan tugasnya menjadi narasumber. Untuk kemudian bisa membawa oleh-oleh kain batik dari kota yang disinggahi.
Tak heran jika baju batik yang beliau kenakan saat mengajar dikelas, selalu saya soroti berbeda corak dari seragam batik dosen lainnya. Agak sedikit konyol untuk mimpiku yang satu ini. Saya tetap melambungkan mimpi dan doa agar kelak bisa keliling Indonesia dengan membawa bendera nama sekolah menggaungkan literasi agar semakin maju.
Seorang Guru Sekaligus Blogger
Menjadi seorang guru adalah cita-cita saya sejak duduk dibangku sekolah dasar. Bisa terwujud menjadi guru adalah suatu kebanggan yang patut saya syukuri. Yang kini juga sedang menekuni dunia menulis dan menetapkan diri jadi seorang blogger adalah proses yang tidak instan.
Selain itu saya juga aktif berkomunitas offline maupun online. Sebagai ajang aktualisasi diri sekaligus menyalurkan passion yang saya rawat sejak jaman kuliah sampai sekarang. Mengikuti pelatihan menulis, pelatihan blogger untuk pemula hingga kini punya rasa percaya diri rutin menulis di platform sendiri adalah bagian dari hasil proses belajar.
Walau dengan keterbatasan melakukan aktivitas ngeblog dari handphone. Sesekali numpang nugas dan wifian di sekolah untuk mengetahui traffic blog karena memang perihal ini akan lebih jelas jika diakses lewat laptop. Insha Allah selalu semangat dalam membumikan dunia literasi agar siswaku juga melek dengan literasi.
Bukankah anak sekolah sangat erat kaitannya dengan membaca?, Salah satu bagian dari gerakan literasi yang sudah menjadi hal rutin tiap ada jadwal membaca buku sebelum pelajaran lain dimulai.
Menularkan Semangat Untuk Membaca dan Menulis
Sudah saatnya saya mulai bergerak untuk membongkar kemalasan siswa-siswi saya untuk menyentuh literasi sejak dini. Hal ini sangat nampak sekali pada pembelajaran daring, saat guru men-share video/materi dalam bentuk ppt dan lainnya seringkali tidak dibaca secara utuh bahkan ada yang mengabaikan sehingga langsung tanya tugasnya apa. Padahal serangkaian perintah sudah tertera rapi di materi tersebut.
Banyak faktor yang menyebabkan pembelajaran online disekolah kami sangat kurang efektif dari sistem yang diterapkan. Semoga dalam waktu dekat corona benar-benar sudah hilang dari muka bumi pertiwi. Sehingga pembelajaran tatap muka bisa kembali dimulai dengan membawa semangat yang baru.
Kendala lain, sumber bahan bacaan diperpustakaan yang masih kecil. Nampak buku bacaan remaja yang nampang di rak buku sangat minim. Bukunya lawas dan hanya itu-itu saja. Yang memenuhi ruangan hanya buku paket. Butuh upaya keras juga mengingat kesadaran siswa belajar dengan sistem daring ini harus didorong penuh oleh guru dan bekerjasama dengan semua pihak termasuk wali murid.
Saat terjun untuk home visit, banyak kendala yang menjadi sumber permasalahan. Ada yang HPnya gantian untuk belajar daring, paket data quota internet terbatas, HP tidak support sistem pembelajaran daring, ada yang terpengaruh bermain game online hingga larut malam, ada yang kurang diperhatikan oleh orangtua, dll.
Menjadi pendidik sekaligus momblogger membuat diri ini galau tingkat dewa. Butuh energi penuh agar anak tetap termotivasi dengan baik mengingat sebagai guru bimbingan konseling yang paling utama diperhatikan adalah akhlaknya.
Melambungkan Mimpi Untuk Terus Berprestasi
Dengan segala kesibukan aktivitas mengajar, saya berusaha meluangkan waktu untuk terus menimba ilmu meningkatkan kualitas dan ketrampilan dalam mendidik siswa/i. Punya cita-cita juga menjadi seorang pegawai negeri sipil yang masuk dengan perantara
prestasi yang saya torehkan. Menjadi PNS lewat jalur lainpun saya tidak menolak.
Menjadi guru hebat dan inovatif untuk guru lainnya. Berkibar nama saya berkat menulis jurnal di media online bergengsi. Dan menjadi narasumber andalan diberbagai event literasi sepuluh tahun yang akan datang.
Saya tulis semua mimpi ini disini agar kelak bisa menjadi saksi keberhasilan saya dalam berusaha untuk mewujudkannya. Sebagai bakti dan rasa cinta terhadap negeri dengan berkontribusi menjadi penggerak literasi. Bismillah, saya harus bisa.
Jika tidak terwujud juga tidak mengapa. Setidaknya saya pernah menuliskan cita-cita mulia agar waktu saya terekam baik ada ikhtiar menjadi manusia yang bermanfaat.
Pengabdian Cinta Tak Berkata
Selembar batik tulis adalah kesaksian bisu akan tradisi gotong royong kreatif yang amat sangat membuat hati ini merendah. Begitu besar curahan tenaga, curahan pikiran, dan juga curahan cinta yang ada di dalamnya. Tidak ada kain batik yang dibuat oleh satu orang saja. Karya batik adalah urun tangan banyak insan karena melibatkan ragam kepandaian, perangkat, dan tahap proses-proses yang kait-mengait sebagai kearifan yang tersempurnakan selama berabad-abad. Aku mempersembahkan buku ini terutama kepada penerus tradisi membatik di Indonesia. Keindahan batik adalah keindahanmu juga. ~Ani Yudhoyono~
Memotret para pengrajin batik. Melihat semangat dan kesabarannya dalam menyemai semangat akan cinta tanah air yang mereka tuangkan dalam selembar batik tulis membuat saya bercermin. Terkadang saya masih punya rasa mengeluh ketika dihadapkan dengan problem anak yang mogok belajar di pembelajaran daring ini. Mengabaikan sementara tugasnya sehingga mengundang laporan dari guru mapel untuk konsul dengan guru bimbingan konseling.
Bahwa, tenaga yang dikeluarkan oleh mereka para pengrajin batik, ketelitian dan curahan hati yang ditorehkan didalam setiap motif memberikan makna dalam. Sangat amat bijak usaha mereka untuk tetap melestarikan budaya Indonesia. Semangat cinta tanah air yang patut untuk ditiru.
Bagaimana dengan saya ?. Tentu semangat saya harus lebih tinggi dari mereka untuk membantu Indonesia menyiapkan generasi emas mengisi kemerdekaan 10 tahun yang akan datang. Dengan tetap membawa nilai-nilai budaya sebagai warisan kemanusiaan.
Setidaknya saya harus bisa menciptakan budaya yang baik terhadap anak didik bersama guru lain agar apa yang diyakini bisa menjadi jalan kebaikan. Yaitu siswa menikmati proses belajarnya dengan baik. Dilandasi sikap budi pekerti yang luhur serta menanamkan nilai-nilai estetis.
Memaknai Batik Sebagai Warisan Kemanusiaan Untuk Budaya
Sekali lagi, merajut mimpi untuk menjadi narasumber hebat pada pelatihan guru tingkat nasional dengan membawa nama sekolah dan seorang blogger membuat saya tertantang untuk belajar dari guru senior disini. Kebetulan kepala sekolah yang ada disini punya jiwa seni yang bagus. Juga Bapak Kesiswaan yang merupakan the next generasion terpilih menggantikan kepala sekolah lama.
Dalam mengarahkan siswa untuk tetap berprestasi dengan jiwa seni yang dimiliki sangat amat nyata. Meski saya masih guru baru, seringkali saya menangkap dengan mata telanjang semangat guru pelatih dan anak-anak belajar karawitan, menari, berlatih jadi dhalang dan sebagainya.
Tak heran jika property yang dikenakan mencerminkan nilai budaya, terutama dari baju yang dipakai saat tampil pasti mengenakan batik. Hampir di setiap moment di sekolah semua guru mengenakan baju batik. Bahkan seragam sertijab pergantian kepala sekolah bulan Oktober nanti, seragam yang akan dikenakan adalah batik dari Solo. Berwarna biru dongker motof lurik dengan bawahan yang lebih cerah ada warna putihnya.
Tak hanya untuk kalangan kami para guru di SMP Kota Kediri, untuk acara besar berskala nasional dan Internasional dalam festival apapun batik bisa menjadi andalan untuk dikenakan dalam acara formal maupun non formal.
Seiring perkembangan jaman, batik sudah menjadi baju dinas sehari-hari saat dirumah. Sangat bersyukur bukan, jika UNESCO juga telah menetapkan tanggal 2 Oktober sejak tahun 2009 sebagai hari batik Nasional. Wah, tinggal menghitung hari Inonesia akan merayakan hari Batik Nasional.
Cintai Produk Batik Bangga Produk Lokal
Batik dinilai sebagai warisan budaya yang wajib untuk dilestarikan karena dianggap memiliki nilai seni yang tinggi. Mencintai prodak lokal sendiri sudah menjadi upaya bersama untuk mengenalkan budaya Indonesia terhadap dunia.
Indonesia butuh support system dari bangsanya. Sebagai bentuk menumbuhkan rasa cinta dan bangga terhadap kebudayaan sendiri. Meningkatkan martabat bangsa, dan citra positif warga Indonesia Raya kepada dunia.
Semakin kuat saya membayangkan bisa kelliling Indonesia mengenakan baju batik bertemu orang hebat. Syukur-syukur nanti bisa go Internasional juga, menikmati reward dengan nominasi guru berprestasi jalan-jalan ke Inggris dan saya akan mengenakan baju batik di moment itu.
Eits, tak cukup sampai disini. Ada juga cara lain yang bisa kita banggakan dan support. Yaitu dari para pebisnis yang mendesign prodaknya dengan disematkannya motif batik. Cairan lerak , baju batik, tas, sepatu, korek api dari indomaret yang kesemua prodak ini bisa anda dapatkan di blogklikindomaret.com . Sangat bangga dengan inovasi keren mereka.
Tak hanya itu, event lomba online yang pernah diadakan oleh klik indomaret ini juga pernah diadakan di tahun 2018. Lomba batik Indomaret yang pemenangnya dipilih berdasarkan like terbanyak. Masha allah ya, betapa cintanya dengan warisan budaya Indonesia dengan ikut andil membumikan baju batik dengan cara yang unik.
Secara pribadi sayapun lebih senang mengenakan baju batik saat mengajar. Merasa bebas bergerak karena didukung bahannya yang adem. Selain itu motif batiknya juga varian, bisa menambah kesan elegan disetiap penampilanku. Semoga ulasan jujur saya ini menambah rasa cinta terhadap warisan budaya Indonesia, batik.
Sumber Referensi :
https://diy.kpu.go.id/web/memaknai-batik-sebagai-warisan-kemanusiaan-untuk-budaya-lisan-dan-non-bendawi-masterpieces-of-the-oral-and-intangible-heritage-of-humanity/
https://mancode.id/berita/alasan-hari-batik-nasional-setiap-2-oktober/
https://www.google.com/amp/s/m.antaranews.com/amp/berita/1749589/inovasi-jadi-strategi-agar-batik-bertahan-saat-pandemi-dan-naik-kelas