Kenali Isu Kusta di Indonesia Agar Tak Menimbulkan Diskriminasi
Benarkah penyakit kusta itu cepat penularannya seperti halnya penyakit covid-19? Apakah benar kusta adalah penyakit kutukan yang tidak bisa disembuhkan ?
sumber : pinterest |
Jika belum tahu detail tentang kusta, sangat keliru ikut-ikutan beropini tanpa tahu secara benar kevalidan sumber informasi penyakit yang satu ini. Apalagi mengunyah secara mentah sehingga timbul stigma tidak bagus yang berkembang dan mempengaruhi penderita kusta. Yuk, baca dulu penjelasan lengkapnya disini.
Sangat bangga dengan serangkaian program KBR yang bekerjasama dengan NLR. Ikut menggaungkan isu kusta dan disabilitas yang disiarkan live di chanel Ruang KBR. Semakin marak tingkat informasi harus diseimbangkan agar tidak muncul miss informasi atau berita hoax.
NLR Indonesia adalah sebuah yayasan nasional yang dibentuk pada tahun 2018 beranggotakan aliansi NLR yang beroperasi di hampir 20 provinsi yang ada di Indonesia. Sebagai upaya melanjutkan misi pemberantasan kista yang sudah dilakukan sejak tahun 1975.
Salah satu isu kesehatan yang mengundang stigma masyarakat yaitu penyakit kusta dan disabilitas. Di Ruang KBR bersama dr. Febrina Sugiyanto selaku Junior Technical Advisor NLR Indonesia dan Malika Manager Program Ruang KBR, narasumber terpercaya dengan topik gaungkan kusta diudara.
Kondisi Kusta di Indonesia
Kusta atau yang lebih dikenal dengan lepra bukanlah penyakit keturunan atau kutukan. Penyakit yang disebabkan adanya bakteri ini dapat menyerang kulit dan saraf. Jika terlambat diobati akan menimbulkan cacat permanen.
Ada penurunan kasus kusta di negara +62 dari tahun 2019 ke 2020. Dari jumlah kasus yang terdeteksi sebanyak 17.439 pada 2019. Sedangkan pada tahun 2020 menurun menjadi 16.700. Namun, dengan adanya penurunan kasus ini bisa diasumsikan sebagai kabar baik bahkan sebaliknya.
Dikatakan kabar baik karena ada penurunan kasus kusta yang artinya effort eliminasi kusta tercapai. Atau sebaliknya yang artinya ada restriksi dikarenakan pandemi yang disebabkan covid-19 sehingga screening tidak bisa dilakukan secara rutin.
Fakta lain, ada 26 provinsi di Indonesia yang telah mencapai eliminasi kusta. Selain itu, hanya ada delapan propinsi saja yang belum mencapai eliminasi kusta yang terdiri dari kota Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara dan Papua barat.
Sedangkan yang dilaporkan belum mencapai eliminasi kusta ada 113 dari 514 kota/kabupaten yang tersebar di 22 provinsi yang ada di Indonesia. Jika dicermati, kasus kusta Ini paling mendominasi di daerah luar pulau Jawa ya. Masha Allah.
Alasan / Faktor Penyebab Kusta Lebih Banyak Ditemukan di Daerah Luar Pulau Jawa
Daerah luar pulau Jawa kita ketahui bersama bahwa kondisi sosio demografi butuh effort besar. Selain itu, aksesibilitasnya yang kurang bisa dijangkau dengan baik, dan stigma yang muncul belum bisa dimusnahkan dengan informasi valid dari pemahaman masyarakat itu sendiri.
Butuh upaya kerjasama bersama untuk ikut membantu mereka yang termasuk penderita kusta agar mendapat perlakuan baik dari kalangan masyarakat dekat tempat tinggalnya.
Jenis-jenis Kusta Yang Terdapat di Indonesia
Ada dua jenis penyakit Kusta berdasarkan jenis dan jumlah area kulit yang terkena berdasarkan penjelasan akurat dr Febrina Sugiyanto. Dua diantaranya adalah :
Paucibacillary ( PB), yaitu kusta paucibacillary yang ditandai dengan munculnya lima titik lesi atau lebih sedikit lesi dan tidak ada bakteri yang terdeteksi dalam sampel kulit. Terdapat bercak dikulit. Adanya hypopigmentasi, kulit lebih cerah dari sekitarnya, adanya mati rasa dan fungsi syaraf berkurang.
Multibacillary (MB), yaitu kusta yang masuk kategori multibacillary apabila timbul lebih dari lima lesi dan biopsi kulit didiagnosis mengandung bakteri. Terdapat mati rasa dan syaraf terganggu.
Penyakit Kusta Bisa Disembuhkan
Siapa bilang penyakit kusta tidak bisa disembuhkan ?. Siapa bilang kusta dianggap sebagai penyakit kutukan akibat dari dosa yang telah dilakukan dimasa lalu ?
Stigma inilah yang beredar dikalangan masyarakat awam. Berita tidak bagus tentang penyakit kusta. Bahkan kusta dikatakan bisa menular dengan sentuhan. Hoax lain yang beredar adalah kusta datang karena higienitas penderita yang buruk.
Semua isu yang muncul tentang berita negatif diatas tidaklah benar. Sejauh ini isu marginal seperti kusta dan disabilitas harus terus digaungkan agar penderita penyakit kusta tidak merasa diabaikan atau dikucilkan.
Sebab itu, cara unik KBR yang dipersembahkan oleh NLR ini mengangkat topik gaungkan kusta diudara salah satunya adalah sebagai langkah merangkul kaum disabilitas dan penderita kusta untuk memperoleh rasa aman.
Kusta masuk peringkat ketiga di Indonesia, dimana penyakit yang penularannya tidak mudah ini masih dianggap sebagai penyakit kutukan. Padahal, kusta ini bisa disembuhkan. Sebenarnya, penderita kusta juga tidak perlu dipisahkan di bangsal khusus. Saat pasien sudah terkonfirmasi datanya dan sudah ada pengobatan resiko penularan sangat aman.
Bahkan setelah 72 jam dilakukan pengobatan secara intens dari dosis pertama yang diberikan, resiko penularan turun kisaran 20%. Penyakit kusta ini penularannya tidak secepat covid-19. Akan tertular pun jika ada kontak erat lebih dari 15 jam dan tinggal serumah dengan penderita.
Kusta akan memberikan tiga reaksi yang muncul sebelum pengobatan, saat pengobatan dan sesudah pengobatan. Yang semuanya disebabkan karena kondisi imunitas penderita dan adanya stress.
Pengobatan penyakit kusta ini memang membutuhkan waktu yang lama. Sehingga support keluarga dan saudara sangat dibutuhkan untuk meraih kesembuhan. Karena obat harus dikonsumsi rutin setiap hari sesuai petunjuk dokter. Tidak dianjurkan mengambil tindakan sendiri ketika masa pengobatan muncul gejala atau efek samping.
Jika terputus, ya akan mengulang lagi dari awal bahkan akan membutuhkan proses pengobatan yang semakin lama. Untuk penderita kusta PB ini membutuhkan 6 blister yang harus dihabiskan dalam jangka waktu 6-8 bulan. Sedangkan kusta jenis MB butuh 12 blister yang harus dihabiskan selama 12-18 bulan.
Mengetahui fakta dan kondisi yang sebenarnya dari penjelasan dr. Febrina secara pribadi membuat saya lebih teredukasi. Apalagi aksi nyata kolaborasi KBR.id yang dipersembahkan oleh NLR dalam menggaungkan kusta diudara ini sangat membutuhkan perhatian bersama.
Tak heran, jika setiap berita yang diangkat KBR ini butuh diskusi panjang dengan tim, briefing dan riset dulu bahkan dicek lagi oleh tim NLR dalam rangka memberikan pemahaman serta mengedukasi masyarakat agar penderita lebih mandiri.
Sekaligus sebagai upaya meruntuhkan stigma yang beredar tidak benar di masyarakat. Yang kesemua itu ditakutkan akan meruntuhkan semangat penderita untuk sembuh dan tidak melakukan pengobatan dengan baik.
Program NLR Indonesia Dalam Menangkal Hoax Yang Beredar
Ada tiga program yang selama ini dilakukan oleh NLR yang dikenal dengan sebutan ming. Ming tersebut terdiri dari program zero transmisi yang lebih dikenal dengan bahasa mudahnya menghentikan transmisi. Zero disability, mencegah kecacatan dan Ming zero exclusion yang bermaksud untuk menurunkan stigma yang beredar.
Ketiga program tersebut mempunyai orientasi meningkatkan awarenes masyarakat. Dimana sasarannya adalah merangkul masyarakat secara umum melalui edukasi yang disiarkan lewat radio secara bulanan. Merangkul mahasiswa melalui webinar, tenaga medis, dan beberapa komunitas yang masih menganggap penderita kusta harus dijauhi.
Adapun strategi khusus yang dilakukan selama pandemi adalah blended program online dan offline. Mengadaptasi program yang telah direncanakan dengan kondisi pandemi. Melakukan kegiatan online yang bisa dilakukan secara offline maupun sebaliknya. Dengan tetap menjalankan prokes ketat sesuai anjuran pemerintah.
Semua program yang dijalankan tak lain adalah untuk membantu penderita kusta dan disabilitas dalam upaya mengembalikan tingkat kepercayaan diri mereka. Membesarkan hati mereka dan mempengaruhi pola pikir mereka dengan teknik CBT (Cognitif Behaviour Teraphy) agar cepat sembuh dan bisa kembali kemasyarakat serta meningkatkan level produktivitas mereka.
Mari kita rangkul mereka penderita kusta dan disabilitas agar tetap semangat menjalani pengobatan untuk proses kesembuhan. Serta kita runtuhkan bersama stigma tentang kusta agar tidak beredar berita negatif yang menimbulkan diskriminasi.
Sumber Referensi :
https://nlrindonesia.or.id/sejarah-kami/
https://youtu.be/37K4zTR4PlI
kusta bisa disembuhkan dan setahu saya biaya berobatnya gratis di puskesmas. Apakah ini benar gratis?
Karena saya pikir kusta udah gak ada di Indonesia lho
Dengan adanya sosialisasi seperti ini kita jadi aware ya?
Dan misalnya ada yang sudah tampak bergejala, harus didukung untuk lekas berobat, sehingga dapat cepat disembuhkan