Melahirkan Tanpa Didampingi Suami, dan Menjadi Pejuang ASI
Kali ini saya mau menceritakan pengalaman saat melahirkan dan menyusui yang membuat saya belajar banyak hal. Sebagai new mom yang belum tahu bagaimana rasanya menyusui membuat saya khawatir. Apalagi pas awal-awal bayi mbrojol yang keluar dari perut dengan bantuan tiga bidan waktu itu. Nggak kuat ngeden, dan waktu sudah hampir satu jam bayi nggak keluar. Pasrah dengan sekuat tenaga untuk ngeden di step terakhir. Tepat pada pukul 16.25 anak pertama berjenis kelamin laki-laki lahir. Alhamdulillah.
Suara tangis memeriahkan suasana ditengah-tengah perjuangan yang tiada tara saat saya masih LDM dengan suami yang mana saat proses lahiran suami tidak hadir. Pas di moment 1 Muharram pada tahun 2018 . Bayiku lahir diusia kehamilan 39minggu 3hari. Dengan BB 3,5 dan TB 49cm di Tuguran, Magelang tepatnya di Rumah Bersalin Bidan Yahya.
Kontraksi dimulai pada malam hari ba'dha sholat isya sekitar pukul 20.00an (10/09/2018). Seperti biasa, tiap malam habis sholat isya saya melakukan ritual rutin rebahan diatas kasur ditemani ponsel Samsung J1Ace. Berinteraksi dengan debay dalam perut dan melakukan nipple stimulation. Malam itu, rasanya memang berbeda. Namun saya cuek dan terus berusaha untuk tidur.
Lama-lama saya punya feeling, apakah ini yang namanya kontraksi sesungguhnya ? Sering tengok jam di gawai saya tiap berapa menit sekali. Sampai pukul 02.30 saya memutuskan untuk whastapp Kaka ipar saya yang seorang bidan. Saya menyampaikan kondisi saya apa adanya. Yang dijawab, oke nanti habis shubuh saya ke Blondo (tempat mertua ).
Gelombang cinta ini semakin sering intensitasnya, setiap 10 menit sekali saya merasakan tendangan luar biasa dalam perut. Pokok ingin dibuat rebahan terus. Hingga pukul 04.50 saat gelombang cinta berhenti sejenak saya gunakan untuk ambil air wudhu kemudian sholat shubuh. Setelahnya gelombang cinta itu terus saya rasakan. Hingga pukul 06.00 saya matur sama ibu mertua. Kalau saya pagi ini tidak jalan pagi. Karena perut rasanya tidak karuan.
Posisi waktu itu saya sudah ambil cuti sekitar 10hari sebelum lahiran. Yang mana waktu cuti saya gunakan untuk jalan pagi rutin selama 30menit. Sempat worry, debay belum ada tanda mau keluar sedangkan cuti hampir 2minggu nganggur dirumah. Atas ijin Allah, tepat hari Selasa pas libur bersama memperingati 1 Muharram tanda bercak merah keluar saat saya buang air kecil di kamar mandi. Langsung seketika saat selesai dari kamar mandi saya memberi tahu ibu mertua kalau sudah saatnya lahiran. Orang dirumah sempat bingung, terutama Kakung yang wara-wiri ngangkut barang saya yang berisi baju dan perlengkapan bayi yang sudah saya packing jauh-jauh hari.
Dengan cepat, uthi (ibu mertua) menyuruh saya minum madu karena masakan belum siap dihidangkan. Dan saya yang ditemani Kakung bersama Mbah melon (depan rumah) naik mobil LAZISMU menuju Tuguran ke tempat kakak ipar. Alhamdulillah, jalanan sepi sehingga perjalanan lebih cepat dari biasanya yang harus menghabiskan waktu 30menit untuk sampai tujuan. Sampai disana, kami menuju rumah bersalin Bu Yahya. Cuma saya saja pasiennya. Yang kemudian di tinggal sendirian sambil menunggu pembukaan sepuluh.
Menikmati Gelombang Cinta di Teras Rumah Bersalin Bu Yahya
Suami sempat tidak ada kabar setelah saya memberi tahu melalui whatsapp kalau mau lahiran. Dari pagi sampai sore fokus menikmati gelombang cinta yang rasanya membuat diri ini memperbanyak istighfar. Ditambah gaya jongkok yang disarankan oleh Bu bidan. Dari pembukaan pertama pada pukul 06.00 sampai tengah hari sekitar pukul 12.00an pembukaan masih saja di angka empat. Mendengar kabar dari bu bidan yang sekaligus kakak ipar saya tentunya campur aduk. Sempat berfikir kalau secaer bagaimana ? Takut pastinya.
Kembali lagi mengatur emosi dan stel mindset bahwa semua baik-baik saja, saya pasrahkan sama Allah. Dengan bantuan induksi, gelombang cinta semakin nikmat dan aduhai rasanya. Pengen eek tapi tidak boleh ngeden sampai pembukaan 10. Jika ingat moment itu rasanya pengen kentut sepuasnya dan membuang semua isi yang ingin dikeluarkan dari bagian bawah.
Alhamdulillah semua terasa plong saat bayi lahir walau bekas jahitan harus dijahit sepanjang 1,5m. Kalau saya tahu saat disana pastinya teriak histeris. Untungnya, tahu hal itu saat sudah kembali di rumah dan menikmati moment menyusui dengan rasa bahagia.
www.unsplash.com |
Alhamdulillah dan sangat bersyukur, Asiku langsung keluar. Sehingga kolostrum bisa langsung saya berikan ke bayikku. Lahiran di rumah bersalin bidang Yahya sangat nyaman. Proses IMDpun benar-benar saya nikmati dengan penuh rasa bahagia.
Rabu, 12 September 2018
Cerita ngalor-ngidul bersama suami mengekspresikan segala rasa di ruang bersalin sekaligus membersamai bayi kami yang baru berumur 12jam.an. Bahagia tiada terkira karena sang buah hati lahir dengan selamat dengan proses gentle birth.
Saat itu, saya menangkap wajah sumringah sang suami saat mengadzani bayi kami, di Rabu pagi. Ada rasa sayang yang tersirat walau secara tidak langsung. Yaps, karena jarang bertemu dan suami memang jarang pulang demi hemat biaya hidup. Sambil memangku bayi, kami melanjutkan obrolan renyah diruangan. Sembari menunggu proses ACC dari pihak tempat bersalin untuk bisa segera pulang kerumah.
Menjadi Pejuang ASIpun di mulai
Berkat arahan ibu mertua dan kerjasama semua pihak alhamdulillah proses menyusui berjalan lancar. ASI melimpah dengan sering makan pahit-pahitan baik jamu atau sayur yang dikenal dengan rasa pahit. Daun pepaya, pare dan daun pace cukup menguji lidah saya untuk bertahan dan menikmati masakan ibu mertua. Tentu semua saya lakukan demi kebaikan bersama.
Bayi laki-laki yang mempunyai intensitas menyusu lebih lama dengan durasi waktu minimal setengah jam sekali nenen, membuat saya hobi makan. Dari jaman gadis kalau makan hanya beberapa sendok, kebiasaan ini berubah drastis saat menyusui. Porsi makan menjadi sepiring menggunung sudah menjadi santapan wajib yang harus saya habiskan. Bahkan kalau malam juga sedia Energen sebagai pelengkap dan sajian praktis yang membuat perut saya kenyang.
Jauh dari suami dan dirumah hanya ada mertua yang sudah sepuh tentu harus mandiri saat urus bayi yang baru beberapa hari lahir. Minggu pertama saat masih ditemani suami memang begadang tiap malam. Saat suami balik Kediri, Alhamdulillah bayi mungilku bisa diajak kerjasama. Setelah nenen langsung tidur. Bisa dikatakan ngurus bayi pertama ini enak. Secara saya orangnya tidak kuat kalau harus begadang sendirian. Jika capek badan dan mata rasanya harus memejamkan mata untuk segera istirahat. Begitulah saya 😂
Stock asi saya saat saya masih mengajar |
Proses menyusui terus berlanjut sampai cuti sayapun hampir habis. Mau tidak mau harus memerah ASI yang saya pindah di dot. Awalnya punya rasa tidak tega sama bayi sendiri. Secara ilmu menyusui, memakai media dot juga tidak disarankan. Pergulatan hati saya mulai muncul. Berbagai literasi menyusui saya baca. Dari grup mama hebat Kediri, konsul sama kakak Ipar yang seorang bidan, sharing teman yang lebih dulu punya pengalaman menyusui membuat saya mengambil keputusan untuk memakai media dot sebagai cara saya memenuhi hak anak.
Literasi bab menyusui sudah saya persiapkan saat hamil. Saya berprinsip untuk aanak pertama harus bisa menyusui. Karena kunci keberhasilan menyusui terletak dianak pertama. Air asi keluar dan sebagainya. Nasehat dokter inilah yang selalu saya ingat-ingat sampai sekarang.
pixabay.com |
Masalah mulai muncul. Anak saya belum bisa ngedot. Khawatir dan bingung tiada tara karena kurang 2 minggu masuk kerja anak belum bisa ngedot. Ganti botol, ganti jenis dot dengan merk tertentu membuat saya harus terus mencoba membelajari bayi saya supaya bisa ngedot. Opsi terakhir, tanya ke kakak ipar. Alhamdulillah, dengan bantuan beliau menyarankan untuk mengganti empeng dot berwarna kuning merk pigeon dengan tekstur empuk membuat bayi saya lebih mudah untuk minum asi lewat dot.
Hal yang saya rasakan sebenarnya kunci ada pada seorang ibu. Ketika ibu ikhlas untuk memberikan asi lewat media dot, secara tidak langsung bayipun mau minum asi lewat dot.
Masalah satu teratasi, masalah lain muncul. Yang bertugas menjaga bayi saya waktu itu tiba-tiba ditarik sama majikannya. Menangis tentunya, walau baru dua hari mengenal sosok mbak nur tapi berasa Kaka sendiri yang menjadi ibu kedua anak saya.
Nyari lagi, rewang yang siap menghandle saat saya kerja. Dari nyuci baju anak dan baju orang rumah sampai urus baby. Hal ini tidak mudah ferguso, nyari orang yang mumpuni melakukan hal tersebut dengan bayaran yang cukup membuat saya kelabakan mencari orang yang amanah. Dapatpun hanya bertahan satu bulanan. Saat itu yang ditemani adik ipar, sedikit mereduksi pekerjaan dan pikiran saya. Berusaha mencari lagi yang sesuai dengan kriteria mertua dan kebutuhan. Atas ijin Allah, kehadiran mbak niyah yang baik hati menjadi solusi permasalahan saya disela-sela menjadi ibu pekerja yang LDM dengan suami.
Sempat stress dan ASI seret saat bayiku berusia 6bulan. Telat memerah ASI membuat badan terasa tidak nyaman, diperahpun hasilnya tidak maksimal. Hanya dengan di nenen bayi membuat saya lega dan kendala menyusui, oleh selesai waktu itu. ASI seret sampai berlanjut beberapa hari. Upaya mengembalikan produksi asi melimpahpun dimulai. Kompres PD kanan dan kiri dengan air es dan air hangat secara bergantian. Konsultasi dengan kakak ipar hingga membeli suplemen booster ASI berupa Blackmores satu botol dengan harga 200 kalau nggak salah. Alhamdulillah cukup teratasi. Walau kejar tayang saat memompa karena bayi saya tidak mau ASI beku.
Walaupun ada stok ASI melimpah dikulkas, hanya menjadi cadangan semata. Saya berusaha terus memberikan asi fresh ke bayi. Makan teratur, istirahat teratur dan menjaga rasa untuk selalu bahagia. Semua upaya sudah saya lakukan. Qodarulloh, saat usia bayi delapan bulan saya jatuh sakit. Suhu tubuh naik turun dan tidak doyan makan. Fikiran berneka macam memang ada waktu itu. Urusan pribadi, kerjaan campur jadi satu yang membuat saya harus beristirahat dirumah beberapa hari.
Tak kunjung sembuh, saya memutuskan untuk opname dirumah sakit dengan meninggalkan anak saya bersama mbak niyah selama hampir tiga hari. Penyakit saya tidak ada sama sekali. Diprediksi karena beban fikiran yang saya tanggung.
Hal ini menjadi pengingat untuk diri saya. Waktu itu terlalu egois dengan keinginan yang sejauh ini menguji status LDM dengan suami. Berimbas bayi saya juga sakit. Sedih dan beraneka rasa saya rasakan. Cukup satu kali saja merakaan begini.
Kuncinya adalah semeleh sama Allah. Lama tidak mudik ke kampung halaman di Pati membuat saya rindu dan ingin melepaskan segala beban yang ada waktu itu. Bulan Juni 2019 sampai di awal bulan Juli saya disuruh suami mudik dan menikmati liburan. Status kerja waktu itu juga sudah selesai kontrak dan resign dari mengajar.
Alhamdulillah, saya dan anak kembali sehat. Bisa menyusui dengan baik. Bahkan sebenarnya saya juga punya anak sepersusuan yang umurnya lebih muda satu bulan dari umur anak saya. Namanya Faza, anak seorang apoteker di salah satu rumah sakit ternama di Kota Magelang. Saat ini kami masih terjalin dengan baik silaturahim kami dengan mereka. Yang kadang, rindu terhadap anak sepersusuan pun menghampiri. Berujung chat mamanya dan minta foto si adiknya Andra deh.
Kini ananda Andra sudah disapih tepat usia 24bulan. Dan lulus ASI eksklusif selama 2tahun. Alhamdulillah.
PS : ujian tiap rumah tangga tiap orang memang berbeda. Butuh usaha dan semeleh jika tangan kita tak mampu untuk menyelesaikan. Karena memang hanya Allah yang maha penolong di saat kita berfikir tak mampu. Namun,ketika Allah memampukan apapun bisa terjadi. Kun Fayakun
Yuks, Kak, kunjungi blog saya: https://www.mediapamungkas.com/2020/12/singkirkan-EYD-EBI.html